Kamis, 08 Oktober 2015

Kau Atau aku

Kau
kadang membahagiakan
seperti bintang yang temani bulan
Seperti awan yang turunkah hujan ditanah gersang...

Tapi kau
Kadang terlalu dalam mencakar harapku
Hingga terkoyak tanpa sisi yang tersisa
Patahkan hatiku
dimana bunga taburkan wanginya....
Kadang...
gelasmu berisi madu...
Tapi tak jarang hanyalah arak panas yang membakar dada
Aku tak mengerti...

Aku
Adalah cinta yang slalu menunggumu
Aku
adalah jiwa yang tlah rela menepis egoku...
Aku
adalah hati yang tlah banyak terluka demi mengertimu...
Dan kini
Aku merasa tak berguna...

Sebenarnya
kau atau aku?
Yang adalah bayangan bagi yang lainnya?
sebenarnya...
kau yang melukaiku
atau aku yang mencabik hatimu?

atau sebenarnya...
kau dan aku
adalah sama sama tak mengerti?

Ir. Soekarno

Diatas roda roda gila dan derai hujan...
Melaju,membelah padat jalanan...
Seraut wajah nan rupawan...
Dengan sorot mata tajam penuh wibawa...
Kharismatik!!

Memancar dari awangan.....
Tumbuhkan rindu dan kenang....

Yaaah...
Sosok yang begitu anggun namun ditakuti...
Sosok yang begitu keras,tapi disegani...
Cakarnya...
Aumannya...
Sorot matanya...
Tiada dua dinegeriku..
Dialah...
Ir.Soekarno...

Sang penebar rindu...
Yang tiada menitis walaupun satu...

Yang Terlerai

Bahkan gelap pun berlinang air mata...
Ketika malam,haturkan kabar duka...
Mega mega kelabu,berarak selubungi purnama...
Rinai hujan menjadi bukti,salam haru dari langit...
Lalu berderai,meluah dan runtuh...
Air mata itu,adalah belasungkawa dari khayangan...

Setelah dingin mencekik nadi...
Setelah sunyi merantai sepi...
Awan awan hitam menjauh pergi...
Sisakan seonggok keheningan disisi hati...
Melempar seribu tanya dibelantara rindu...
Gerangan apa yang terjadi?
Mengapa purnama tak sempurna?
Sisi sisi bulan menghitam!
Gelap kembali sambang...
Ditingkah jeritan gagak menyambar entah diawangan...

Gerhana!
Yaaah...
gerhana!
Tak lihatkah kau gerhana?
Aku berdiri dibawah gelapmu...
Aku tengadah dirimba gulitamu...
Kita menyatu
Dalam gelap...
Dalam sunyi...
Dan terlerailah bahagia...

Ada Yang Lain

Tak terfikir sebelumnya,untuk mendua...
Tak terlintas sedikitpun,untuk berpijak dihati selainmu...
Sungguh!
Hatiku tak pernah begitu...

Lalu pada suatu hari...
Kulihat kau asik dengan hp mu...
Makan,nonton bahkan tidur...
Benda itu tak pernah lepas dari tanganmu...
Aduhai suamiku...
Ada yang lain didirimu...
Matamu berbinar indah...
Tapi tak ada bayangku disana...
Bibirmu selalu tersenyum...
Tapi bukan aku memilikinya...
Dan nama yang kau sebut dalam tidurmu,bukanlah namaku...

Aku terduduk disudut kamar...
Gemetar dengan hati terbakar...
Titik titik bening berhamburan liar...
Ternyata,aku hanya setegar bunga es...
Yang runtuh saat hangat membakar...

Lalu setelah hari itu...
Aku hanya diam...
Separuh hidupku terasa hilang...
Lalu ketika sepasang mata teduh...
Tawarkanku perlindungan dan jaminan...
Hatiku luruh...

Ingin aku mengikuti keinginanku....

 Tapi....
Setelah apa yang kau lakukan...
Aku tetap merasa bersalah padamu...
Dan haruskah kita berpisah?
Tak bisakah kau selamatkanku?
Karena aku tetap tak ingin menduakanmu

Lihatlah...!!!!

Dan berjalanlah bedebah bedebah itu dengan pongahnya!
Dipayungi sabda dari raja bermahkota dusta!
Diiringi begundal begundal pengecut yang tamak dan rakus!
Mereka berjalan diatas ceceran darah!
Mereka duduk diantara serpihan daging orang orang yang terkorban!

Maka lihatlah!
Mereka berpesta....
Mereka menari dan berdansa...

Lihat lah!
lihat.....!!!!
Mereka meminum darah kita!
Mereka mencucupi air mata kita!
Mereka,dengan rakus memakan bangkai saudara saudara kita...
Dan dengan lahapnya!
Memakan kotoran kita...

Tapi...
Mereka merasakan itu semua..
Nikmat luar biasa!
Karena mereka lupa..
Atau tidak tau...
Atau pura pura tidak tau...
Ada pengadilan tuhan...
Yang tak pernah bisa dikadali...

Dan Bulanpun Tertegun

Purnama sepi...
Berteman mega dan gelap malam..
Tak satupun camar melayang...
Tak satupun sang pungguk terbang...
Hening...
Terpasung dalam dingin yang bekukan harap...
Tertinggal ruamnya dalam hati yang penat...

Bintang enggan berkedip...
Dia sembunyi dibalik tabir keresahan...
Mungkin dia bosan hiasi malam...
Atau kehabisan nyala dalam pendarnya....
Yang pasti...
Bulan pucat tanpa kerlip sang bintang...

Apakah itu?
Yang bersinar cemerlang diantara kunang kunang?
Apakah itu?
Yang harumnya mengundang haru jiwaku?
Takjub aku...
Ternyata,itu dirimu...
Yang begitu tulus mencintaiku...
Ternyata...
Itu rinduku...
Yang begitu halus,mencengkeram hatiku...
Dan bulanpun tertegun...

Sang Pengingkar

Ini adalah kegilaan...
Berdiri dipuncak janji
Lalu terjun bebas menghindari...
Berteriak tanpa peduli
Berlari lepas kendali...
Akulah Sang pengingkar!!
Kuteriakkan itu dengan lantang!!
Hingga bumi terguncang!!
Banggakah aku??

Bukan!
Itu bukan bangga!
Itu adalah penyesalan!
Itu adalah kepedihan!
Yang telah lama kusembunyikan..
Yang telah lama kusimpan...
Kini luah sudah....

Itu bukan teriakan bangga...
Itu adalah luka yang melolong lebih dahsyat dari srigala...
Lalu...
Semua menjadi putih
Seperti yang kau ingin
Aku kalah...

Rindu Matahari

Matahari
Dimana kau sembunyi
Mengapa kau sembunyikan hangat dan cahayamu
Begitu sempurna
Hitam menyelimutimu

Matahari...

Tak berdayakah kau?
Keluar dari pasunganmu?
Tak sanggupkah kau Merangkak menuju tahtamu?

Aduhai...
Dingin menyergap bumi dengan gagahnya!
Derai hujan menyandera begitu banyak waktu...
Menawannya dibawah selimut!
Merantainya dengan malas dan enggan!

Rindu...
Padamu matahari..
Hangatkan bumi seperti kemarin...
Hantarkan senyum pada setiap kuntum bunga...
Menyapa ramah hati yang lara nelangsa..

Rindu matahari
Rindu hangat dan sapamu..

Jarak

Jarak yang kau bentang itu...
Adalah kuburan mimpi yang mestinya seindah pelangi..
Adalah nisan cinta yang harusnya menjadi mahligai kebahagiaan...

Jika semua telah membeku dan membatu
Sanggupkah kau memanggilnya?
Sanggupkah kau membangunkannya?
Dan sanggupkah kau menjaganya?
Jika dia
Sekali lagi menadahkan tangannya agar kau tak melukainya?
Agar yang kau beri bukanlah belas kasih...
Tapi cinta yang membahagiakan...

Dan bangunkanlah dia...
Jika dia masih mengenalimu sebagai belahan jiwanya...
Niscaya dia kan berlari
Kembali keharibaanmu dengan binar mata
Seterang kejora...

Kubiarkan

Biru
Sebiru rasa yang bercelaru
Hanyutkan jutaan kembang yang kelopaknya berguguran...
Tinggal putiknya,termenung masygul tak berkesudahan...
Anggaplah...
Seperti itu kini cerita kita...

Luas...
Seluas batas yang kau ciptakan dengan kesombongan itu...
Yang tak mungkin terkayuh oleh jungkung tuaku...
Kulempar saja sauh...
Dibatas yang kau bentang itu...
Mungkin saja...
Aku beroleh sekeping kenangan,atau sisa rindu...
Yang kau tenggelamkan dalan luasnya biru....

Dalam...
Dasarnya tak tampak oleh indera
Tak tergapai oleh jari jari lentikku...
Pun hati ini
Tak mampu menyelami dalam biru mu...
Mataku...
Hanya bisa memandanginya...
Dan membiarkan rindu itu tenggelam
Dalam birumu
Dalam luas batasmu
Di kedalaman hatimu...
Dan kubiarkan kau menangisinya...

Tak Peduli

Tak penting lagi
Kau tau atau tidak tentang smua ini...
Tak peduli lagi
Kau mengerti atau tidak tentang apa yang sebenarnya terjadi...
Antara kita...
Adalah kau-aku..
Cinta...
Dan kesalah pahaman...
Karena sesungguhnya
Akupun tak mengerti...
Akan apa yang tidak kau mengerti...

Pupus sudah...
Apa yang tlah kubangun dan berdiri megah!
Panji panji kesabaran berkibar gagah di castilcinta kita...
Genderang genderang rindu yang bersahutan ditepi sepi yang mencibir!
Luluh lantak!
Menjadi serpihan cinta yang menoreh jiwa dengan luka...

Banggalah dengan keanggunanmu!
Bahagialah dengan keteguhan rahasiamu...
Damailah dalam pelukan kekerasan hatimu...
Dan lelaplah dalam robekan luka dan darah yang mengalir diatasnya...
Jika kau tak mau mengerti...

Aku akan tertunduk disiang hari..
Agar kau tak dapat melihat genangan air dikelopak mataku...
Aku akan bersembunyi dimalam hari...
Agar kau tak bisa temukanku dalam mimpimu...
Dan aku akan merobek langit dimana pelangi melenggang...
Agar kau tak temukan sedihku dalam senyuman....

Aku tak ingin lagi
Melihat binar matamu
Yang begitu lembut menusuk jantungku..
Aku tak ingin lagi...
Mendengar kata kata indahmu...
Yang melukaiku hingga menembus tulang sum sum ku...
Aku tak inginkan lagi semua itu...

Sungguh!
Aku lelah...
Karena cinta...
Bukan sekedar kata kata indah...
Maka biarkan aku tertidur sepanjang waktu...
Walau tanpa sepenggal mimpi sekalipun...

Kecuali
Kau datang dengan dua tanganmu...
Dengan dua kakimu...
Dengan dua matamu...
Dengan jantung dan hatimu...

Dengarkan Saja

Gelembung kacaku
Aku ingin bercerita...
Meluahkan rasa hati
Mengosongkan dada dari sesak yang menghimpit
Melerai cemas yang deras hanyutkan ketenanganku...

Ada sesuatu
Warnanya biru..
kadang ungu...
Kadang menyala..
kadang redup...
Kunamai itu rindu...

Seberapapun banyak senyuman
Seberapapun berlimpah pujian..
Seberapapun indah puisi kugoreskan
Tak bisa!
Tak cukup!
Tak mampu...
Mewakilinya...
Dan aku sebut ini rindu...

Gelembung kacaku
Buka tanganmu..
biarkan aku bersandar bahumu..
Memandang payung biru dengan taburan bintang dan gelap malam..
Aku tak berharap banyak...
Dengarkanlah saja ceritaku...
Meski kau tak tau...
Kaulah cerita itu..

Bahkan Dalam Mimpi

Terjaga
Memandang gelap dari balik jendela
Memandang langit tanpa kerlip bintang dan senyum anggun Sang bulan...
Ada rasa aneh...
Tapi kenapa kosong?

Kucari dalam mimpi
Tak menemukanmu lagi
Kuberlari dan memanggil
Kau terus saja tak peduli...
Itukah kau?
Hingga dalam mimpipun kau enggan berpaling?
Itukah kau?
Atau kau tak mengenaliku lagi?
Atau kau tak menyadari hadirku?
Ahhh...
Kau membuatku terjaga
Dan kosong...

Kunikmati ini
Pejamkan mata
Mencari sisi hati yang memungkinkan tuk diajak merasakan
Akan indahnya kenangan
Akan manisnya senyuman
Tapi...
Lagi lagi yang ada hanya kosong...

Berdiri
Biarlah semua berlalu
Karena hidup dan waktu
Tak akan mau menunggu
Dan aku
Hanya merajut tiap detik yang berlalu
Dengan benang benang rindu yang saling bertaut...
Namun tetap saja kosong
Tanpa wangimu
Aku terdampar
dinegeri tandus
Tanpa bias pelangi
Tanpa mimpi...
Hanya kosong...

Bukan Andai

Andai waktu bisa diputar...
Aku ingin kembali
Pada saat kemarin
Ego belum pudarkan mimpikita...
Pada saat dimana kau meminta setiaku.,
Dan aku tak akan bertanya,setiakah kau padaku...
Pada saat dimana...
Kita masih saling bersandar...
Dibawah pendar pelangi...
Pada saat dimana pagi
Kita tersenyum dan tertawa...
Sambut hangat mentari...
Tapi...
Hidup bukanlah andai...

Dan kini...
Kilau mentari senja
Mengilhami jiwaku
Agar selalu memaafkan setiap khilafmu...
Memaklumi segala kurangmu...
Mencari seribu alasan untuk terus memahamimu...
Semoga kau mengerti...
Bahwa hidup...
Adalah rajutan cinta...
Dimana benangnya adalah dua hati yang saling mengerti...
Memahami dan teguh menjalani...

Air,Laut & Nurani

Memang...
semakin banyak minum air laut,akan semakin haus kita dibuatnya.

Itu ibarat kita menuruti apa yang kita mau dan inginkan. semakin bnyak yang kita dapat,akan semakin banyak juga yang blm kita dapat dan akan terus begitu.

menyikapi keinginan yang begitu banyak,yang kadang ditunggangi nafsu belaka,yang berkedok kebutuhan dan hak asasi. sungguh kadang menipu! hingga tak jarang, jiwa2 terpenjara dan jadi tawanan nafsu.

Nun disana......
disisi yang nyaris tanpa ruang...dan tak tergapai indera tumpul. Sebuah suara yang nyaris tak terdengar karena halusnya. ketika seutas jiwa melakukan dosa dan kesalahan etika sekecil apapun..suara itu akan berbisik "tidak!" atau "jangan!" dan jika seutas jiwa melanggarnya,maka suara itu akan menghukumnya dengan rasa bersalah dan sesal. kecuali jiwa yang pekak indera dan hatinya!

sungguh!!
dia adalah NURANI,
cahaya illahi yang selalu berkata jujur karena tunduk pada penciptanya.

indahnya syukur dalam setiap keadaan,akan membuat jiwa tangguh dlm menggapai istiqomah.

Ayah & Sahabat

Saat mendung membayang disenyummu...
saat cemas tergurat diwajahmu...
dan saat hatimu gelisah tanpa sepatah kata...
itu adalah karena aku...
itu adalah karena sayangmu padaku...

Ayah...
meski tak terucap,harapmu kutangkap...cemasmu kusesali...dan sedihmu menyakitkanku....
maafkanlah aku ayah...

saat hati ini merapuh...
saat mata ini basah oleh pedih...saat tubuh seakan tanpa kaki...

sahabat...
kaulah yang ulurkan tangan memapahku...kaulah yang tiupkan nafas bagi denyut jantungku...kaulah yang serahkan bahumu tempat sandarku....

Padamu

Padamu bumiku
Langitku,pelangiku
Angin,air dan matahariku..
Terimakasih atas segenap cintamu...
yang telah ajarkanku indahnya berbagi...

Padamu saudaraku,keluargaku sahabatku
Pelipur sedih dan luka..
Penebar senyum dan tawa...
Terimakasih tlah ajarkanku kesetiaan dan pengorbanan...
Atas manisnya kebersamaan...

Padamu apa yang disebut duri bagiku
Yang selalu mencibir
mencemooh dan curiga
Terimakasih telah membuatku dewasa
bijaksana dan tegar!
Tanpamu aku tak bisa setangguh saat ini...

Padamu belahan jiwaku...
Aku tau kau masih berdiri disana...
Aku tak tau dimana adamu...
ragukah kau?
Setengah hatikah kau?
atau kau belum menemukanku?
Aku hanya menitip pesan pada bintang...
Bahwa aku telah menerimamu...
masa lalu,kekurangan,kelemahan,ketidak mampuan, dan semua tentangmu...
Aku tlah membuka tanganku...

Maka setelah semua ini
Aku akan terlelap dengan mimpi yang cemerlang! penuh cahaya...
Terimakasih...
Jika kau sanggup
Maklumi kebodohanku,kekuranganku,keras kepalaku dan cintaku yang sangat sederhana...

Tak Termaknai

Langit masih biru...
ketika angin membangunkanku dari mimpi seram!
Membunuhmu dengan pedang...
Meremas jantungmu
Mencabik hati merahmu
Merobek paru parumu
Kucari namaku disana
Dan aku tak mendapatinya
Kucari jejakku disana
Dan aku tak menemukannya
Kenapa kau menghapusnya?
katamu aku nadimu...
katamu aku nafasmu...
lalu kenapa aku tak disana!!

Embun masih bergelayut diujung daun...
Bersandar manja pada kelopak mawar yang anggun mekar...
Saat harumnya membangunkanku
Dari mimpi aneh semalam!
kau memanggilku...
dan aku tau...
tapi aku tak hiraukanmu...
Lalu aku berpaling dan mengejarmu...
Kupanggil namamu
dan engkau juga tau
Tapi kau terus berlalu...
Hingga diujung jalan berlawanan...
Kita berdiri berpandangan...
Dengan hati yang tercabik luka...
Dengan mata yang saling berkata...
Kita adalah kisah
yang tak termaknai..

Rindu Tanahmu

Menjejakkan kaki ditanahmu...
Adalah impianku...
Negeri indah titisan surgawi...
Aku bosan disini...
Aku penat menanti...
Sesuatu yang hanya menciderai hati...
Terombang ambing..
Tak tentu arah...
Semua orang hanya mencintai diri sendiri...
Dan cinta hanya kata kata,bukan bukti....

Ditanahmu..
Merahku mungkin kan berarti...
Meski jauh dari dunia yang telah mengajarikusegalanya...

Kecuali...
cintamu membawaku pulang..

Inilah Aku

Bagai buih dilautan,mengapung diantara biru yang anggun menghampar.
Inilah aku
Semakin banyak kuminum air laut
Maka akan semakin haus dan tinggi dahagaku...
Rabb...
Maka panggil aku kembali...
Dekap aku dalam erat cinta-Mu
Aku tau,aku tak boleh bilang lelah atas hidupku...
Suka tidak suka,mau tak mau,terpaksa atau suka rela...harus aku jalani...

Rabb...
Tapi aku benar benar lelah...apa yang kucari???

Sebongkah berliankah?
Sebuah mahkota keagungankah?
Atau secuil cinta yang membuatku lupa pada-Mu?
Aku lelah dengan kesombonganku,aku lelah dengan kebodohanku,aku lelah atas dosa yang setiap hari tak semakin berkurang,aku jengah pada apa yang dinamakan kepentingan!

Aku ingin berdiri diatas awan,dekat dengan langit-Mu...agar aku merasa damai...

Maka peluklah aku,seka lah butiran air mataku dengan lembut sapa-Mu. Hatiku dipenuhi kerinduan...rindu pada ketenangan,rindu pada kedamaian,rindu pada malam malam dimana hanya Engkau dan aku yang bercen

gkrama... malam ini,terimalah pengaduanku,dan sematkanlah kasih-Mu...
Suka · ·

Menangis Indah

Hai sepasang mata indah...
Simpanlah rindumu diantara pendar cahaya...
Menangislah dengan anggun jika hatimu sakit...
Usah kau undang kerut diantara keningmu...
Sungguh....
Tersenyumlah saat air matamu bergulir...
Dan biarkan wajahmu tetap manis...
Diantara hembusan angin dan rinai gerimis...

Kehilangan...
Adalah buah dari cinta yang sesungguhnya...
Tapi tak selamanya
Kehilangan adalah bencana...
Karena ada yang menemukan apa yang hilang itu...
Dan bukankah kebahagiaan adalah tujuan dari cinta?

Suatu hari...
Kaupun kan menemukan apa yang hilang dari orang lain...
Menjadikan dua hati
Terasa menjadi pemilik semesta...

Maka...
Menangislah dengan manis...
Agar kau tak tampak terluka...
Menangislah dengan anggun...
Tanpa isak..
Tanpa sengguk..
Agar bintang tak tau kau berduka...
Dia pasti mengira
Kau bahagia...

Tunduk

Tak kulihat bulan mengambang...
Tak kutemukan bintang
Berkedip redup dan terang...
Hanya ada sepi dilangit...
Hanya ada dingin menggigit...
Anggunnya kegelapan bertahta disinggasana malam...
Gagahnya sepi berdiri digerbang kesunyian...
Sementara mega...
Begitu rapat menutup tangga khayangan...

Kemana bermuaranya suara suara yang merintih lara?
Kemana berlabuhnya jiwa yang melenguh memilukan?
Dan dimana bersandarnya sekeping hati yang tercabik rindu?

Ahh...
Biar sajalah malam terbahak kelucuan pungguk yang rindu Sang bulan..
Biar sajalah alam tergelak oleh tingkah sang elang yang kehilangan cakarnya..
Biar sajalah...
Kulanjutkan saja asyikku...
Mengenal-Mu kembali...
Menikmati keindahan cinta-Mu...
Dan menyulam tenunan cinta yang terkoyak...
Oleh gemerlapnya dunia...
Dan aku tunduk...
Pada sempurnanya kasih-Mu..

Kalah

Ini adalah kegilaan...
Berdiri dipuncak janji
Lalu terjun bebas menghindari...
Berteriak tanpa peduli
Berlari lepas kendali...
Akulah Sang pengingkar!!
Kuteriakkan itu dengan lantang!!
Hingga bumi terguncang!!
Banggakah aku??

Bukan!
Itu bukan bangga!
Itu adalah penyesalan!
Itu adalah kepedihan!
Yang telah lama kusembunyikan..
Yang telah lama kusimpan...
Kini luah sudah....

Itu bukan teriakan bangga...
Itu adalah luka yang melolong lebih dahsyat dari srigala...
Lalu...
Semua menjadi putih
Seperti yang kau ingin
Aku kalah..

Adalah Air Dan Ikan

Kau
Adalah air
Sumber kehidupan
Adalah hujan
Penghapus terik dan gersang
Adalah nadi yang berdenyut konstan
Hantarkan tanda tanda kehidupan

Aku
Adalah ikan
Yang bernafas karena air
Yang hidup dalam dekapan air
Yang berenang dalam riak air
Yang makan dari belas kasih air

Lalu
Bagaimana ikan akan hidup?
Jika tanpa air...
Bagaimana ikan melihat dunia?

Love U Mom

Membuka mata selepas lelapku
Membuka jendela setelah semalam hujan mendera
Menghirup udara pagi yang dingin menyegarkan!
Ada perasaan yang sulit ku ungkapkan!

Memandang album lama
Menelusuri hari hari dalam memori
Menyusun tiap puzle kenangan tentangmu...
Membayang seulas senyum penyejuk kalbu
Yaah...
Aku merindumu...
Sangat merindukanmu...
Hingga luruh air mataku...

Bagaimana aku memberitahumu?
Bagaimana aku mengatakan ini padamu?
Kau tinggal kenangan...
Yang hanya menyisakan nisan pemakaman
Padahal aku ingin sekali memelukmu...
Mendekap erat kasih abadimu
Dimana aku mengadu tiap pilu menderaku

Tapi kau tinggalkan pelangi untukku
Kau tinggalkan sebuah buku untukku
Yang aku buka setiapku merindumu..
Terimakasih Ibu...
Kini inilah aku
Putri kecilmu yang kini begitu tegar karenamu...
Meski kau tak mendengar
Aku tetap ucapkan

Masih Ada

Disudut remang...
Berdiri termangu menatap daun yang gelisah dihembus angin...
Dari balik jendela kelas...
Kulihat kilat sesekali membawa terang...
Butir butir hujan jatuh bebas dipelataran...
Berdiri...
Memaknai hari ini dan kemarin...
Menghitung berapa banyak yang tersia sia...
Setelah semua ini...
Adakah yang masih tersisa??

Saat adzan berkumandang mengangkasa...
Beranjakku bersama penat hari ini...
Ingin sandarkan diri dibahumu seperti kemarin...
Tapi tak akan ada lagi...
Ingin dengar cerita lucu dan tawamu...
Tapi tak mungkin lagi...
Karena sesungguhnya
Aku telah hilang...
Sementara kau...
Pecah dan mengkristal..
Pun tak bisa lagi melihat atau merengkuhku...
Apa yang tersisa selain kenangan??

Ada...
Masih ada...
Aku akan terus hidup...
Karena dalam doaku...
Ada namamu yang kan slalu kusebut.

Tentang Kita

Ini tentang semesta yang memuja...
Menghargai hidup yang menghampar penuh wangi...
Mewarnai hari yang membentang penuh cinta...
Yang tak pernah terluka oleh prasangka...
Oleh tanya yang tak terjawab...
Oleh darah yang mengalir dari pori porinya...

Ini tentang bunga..
Matahari,kupu kupu,langit,mega,embun,angin,air dan api...
Tapi dimana pelangi??
Apa dia takut pada matahari?
Biar sajalah...
Toh warnanya tetap menghiasi hari...
Toh cintanya tetap mengasuhku tanpa henti...

Ini tentang kau dan aku...
Yang tertawa dalam bingkai asa yang indah..
Yang menangis diatas cinta yang membuncah...
Dan air mata itu bukan luka...
Tapi sedu haru dan bahagia...

Ini tentang rindu...
Yang kita sembunyikan dibalik mega...
Ini tentang rindu...
Yang mengharum diantara seribu bunga..

Ini tentang syukur...
Atas hidup dan karunia..
Atas cinta dan anugrah...

Ini adalah tentang kita...

Terimakasih

Indah pada waktunya...
Seperti benih yang tumbuh lalu mekar berbunga...
Seperti ulat yang berubah menjadi kupu kupu...
Seperti pelangi yang merenda langit kala mentari jatuh cinta pada gerimis...
Semua ada waktunya...

Diantara lipatan harap yang bertumpuk memadat...
Diantara keinginan yang menguntai bak mutiara...
Diantara celah hati yang berdebar cemas...
Semua kan berujung pada keindahan,kematian dan keabadian....

Kusyukuri hadirmu...
Ku bingkai kekuranganmu...
Kujaga kehormatanmu...
Dan kutitipkan hatiku padamu...
Jangan kau lukai lagi...
Karena aku terlalu bodoh...
Dan hanya kau yang mampu memakluminya...
Dan hanya kau yang mampu menjaganya...
Terimakasih...
Telah mencintaiku...

Kelana

Bintang jatuh!
Dihalamanku kah?
Di mimpiku kah?
Di duniaku kah?

Aku terjajar...
Gamang...
Mau melangkah,tapi kemana?
Mau berdiri saja? tak mungkin...

Duhai kelana...
Pergilah padanya...
Kenapa dia sembunyikan dua tangannya?
Kenapa dia sembunyikan senyumnya?
Bagaimana aku meraihnya?
Bagaimana aku memandangnya?

Duhai kelana...
Bujuklah dia tuk membuka tangannya...
Jangan melipat jari jarinya...
Agar aku bisa hadiahkan sebingkis cinta...
Yang mungkin kurang sempurna...

Kelana...
pergilah..
dan kembali dengan madu ditanganmu...

Pulanglah

Apa yang kau lihat?
Bulat bulan mengawang kah?
Atau camar camar yang melintaskah?
Atau kau menunggu bintang jatuh??
Malam kian hitam...
Pulanglah...

Apa yang kau lihat?
Kau tak akan melihat bidadari terbang disana...
Kau tak akan melihat malaikat tersesat disana!
Atau kau memang pengembara tanpa ruh dan jiwa??
Pulanglah...
Malam makin dingin..
Lihatlah!
Kakimu berdarah!

Apa kau akan hidup dengan angan anganmu?
Apa kau akan hidup dengan mimpimu?
Apa kau hanya akan jadi bayangan?
Yang hilang ketika sang hitam datang?
Apa kau hanya akan jadi cerita?
Bukan penulisnya?

Walau Kau Membagi hatimu

Bagimu yang telah diam diam menemui Tuhan dipenghujung malam...
Pagi ini...
Pasti hatimu dipenuhi wangi bunga...
Hadiah indah dari doamu semalam...

Dan bukalah matamu...
Lihatlah kupu kupu...
Berayun manja diantara kelopak kelopak ranum...
Sementara dingin..
menyisakan titik embun dihamparan hijau raya...
Buka matamu...
Hari ini jum'at mubaraq!
Hari penting bagimu...
Kembali menemui Tuhanmu disela waktu sibukmu...

Dan bangunlah...
Aku telah memaafkanmu...
Walau kau,telah membagi hatimu...

Kaukah Itu?

Siapakah kau?
Yang bayangnya melintas dibawah larik pelangi?
Yang harumnya memenjarakan kesadaran disimpul jiwa?
Terpesona!
Mengikuti langkahnya mengayun menuju...

Siapakah kau?
Yang tengadah diantara pendar bulan...
Bersimpuh dibawah dimihrab-Nya?
Sayup kudengar gema doanya...
Lirih kutangkap rintih jiwanya...
Gerangan apa membuatnya begitu pedih?

Kaukah itu???
Yang dalam doamu menyebut namaku?
Yang dalam helaan nafasnmu mengharap bahagiaku?
Yang dalam tiap denyut nadimu menyimpan kasih untukku?

Kaukah itu??
Yang sanggup menahan matahari agar tak membakarku?
Yang sanggup turunkan hujan melerai gersang hatiku?

Yaah...
Dalam ketidak tauanmuitu,aku tau....
Kaulah malaikat itu...
Dan aku hanya bisa membalas doamu..
Dengan doa yang sama...
Smoga Dia berikan hatiku...
Bagimu yang mengasihiku...
Bagimu yang dalam doanya,ada namaku...
Bagimu,yang setiap detak jantungnya...
Meminta cinta setiaku...

Bulan Terbuai

Terbuai dalam kidung cintamu..
Terasa lara disudut hatiku..
Indah memukau mata yang tertutup pesona...
Perih menikam jantung karena jarum membara...
Terimakasih...
Kau tlah alunkan dendang kematian...
Kau tlah sematkan mahkota kepedihan dipuncak setiaku...
Inilah kado terindah darimu...
Inilah kenangan paling berharga dari jejakmu...

Lihatlah...
Bulan begitu sayu menikmati lagumu...
Cakar pinus tlah merobeknya dengan sangat lembut...
Lukanya tak terlihat oleh mata...
Tapi membuatnya tak mampu mengambang dengan sempurna...
Karena lembutnya tikamanmu...
Tlah menutup matanya
selamanya...
Dan dia terisak dalam kuburnya...
Isak sedih yang jika kau mendengarnya...
Akan membuatmu ingin terkubur bersamanya...

Bulan Pucat

Lihatlah!
Malam begitu hitam!
Dingin mencekam ditingkah lolong srigala ketakutan!

Dan sekeping hati berada diantara lukisan itu...
Menangis tanpa isak dan air mata...
Menggigil,dalam dekapan malam yang menggigit sepi...
Selembar hati berkalung kalut dalam nestapa...
Merenda malam dengan benang hitam tanpa cahaya...

Wahai jiwa yang merana...
Seribu keindahan dan keanggunan matahari...
Masih menanti esok hari...
Seribu kelembutan embun pagi,masih menyapamu esok pagi...
Ayunkan langkahmu...
Buka lebar tanganmu...
Sambut harimu...
Bukankah langit tetap biru meski tanpa senyum bidadari??
Bukankah laut tetap sebiru langit andaipun tanpa syair Sang pujangga?

Lihatlah!
Gerimis merinai malam meski tanpa angin...
Dan melati membuka kelopaknya malu malu tanpa ketahuan kupu kupu...
Esok...
Dunia menyambutmu dengan ceria...
Dan tersenyumlah...
Sahabat...


Cinta Jangan Marah

Cinta jangan marah...

Bukankah kau tau rasanya sunyi?
Tapi mengapa kau ciptakan itu untukku?
Bukankah kau tau rasanya perih?
Lalu kenapa kau hadiahkan itu padaku?
Dan bukankah kau tau bagaimana menangis tanpa air mata?
Lalu bagaimana pula kau bisa persembahkan itu?

Bukankah kau memintaku mencintaimu?
Lalu aku penuhi janjiku dan kulebihkan bagimu?
Bukankah engkau telah meminta setiaku?
Dan akupun telah titipkan hatiku digenggamanmu?
Bukankah kau bilang akulah belahan hatimu?
Dan jiwakupun telah kubelah pula untukmu?
Lalu mengapa?
Kau biarkan hujan menderaku?
Sementara kakiku tlah kau ikat dengan rantai rindu...
Mengapa kau biarkan api membakarku?
Sementara bibirku tlah kau tutup dengan pesonamu?
Lalu bagaimana aku lari?
Sedang nyeri terasa luas disetiap sudut jiwa dan tubuhku?

Cinta jangan marah...
Kita baikan yook...
Cinta jangan marah...
Coba katakan apa yang membuatmu marah...
Cinta tersenyumlah...
Aku ingin cium wangimu...

Kemarin


Kemarin...
Kita masih bersama,berdiri diantara jarum jarum hujan dan titian pelangi...
Duduk dan saling bersandar dalam cerita hidup seolah pahit tak sisakan luka...
Saling menggenggam jemari,memberi kekuatan akan perih yang harus ditaklukkan...

Kemarin...
Pelangi masih tampak indah dengan warna magicnya...
Langit masih tampak anggun dengan warna birunya...
Dan angin,masih terasa lembut menerpa kulit yang panas tersengat merahnya matahari...

Tapi kini...
Semua itu hilang!
meninggalkan berjuta tanya pada tiap helai waktu yang kulalui...
Aku kah yang tak tau diri?
Ataukah kau yang tak mengerti?
Bahwa aku,rindukan bias pelangi...
Dalam kebersamaan kita seperti kemarin...
Dan aku masih belum mengerti.

Cinta Harus Memiliki

Hidup,bukan sekedar angan dan rencana...
Dia harus dibangun dengan kokoh dan butuh keteguhan hati...

Dan cinta,bukanlah sekedar kata kata...
Tanpa pembuktian,cinta hanyalah cerita usang...

Ada banyak sekali cinta...
Cinta tanpa asmara,adalah kemanusiaan...
Cinta yang memabukkan,adalah cinta dua insan yang saling merindukan...
Terlepas dari apakah nama cinta itu...
Dia butuh pengorbanan,waktu,air mata bahkan darah!

Maka buktikan cintamu...
Pada apa yang menjadi cintamu...
Jika ada orang bilang cinta tak perlu bukti??
Itu adalah jerit keputus asaan...buktinya adalah airmata dan hatinya yang terluka!
Jika ada orang bilang,cinta tak harus memiliki...
Itu hanya alasan untuk menutupi kekalahan dan ketidak mampuan!
Buktinya ada orang patah hati bahkan bunuh diri...

Cinta harus memiliki..
Agar bisa menjaganya,merawatnya dan menyiraminya saat krisis mendera...
Yang jelas,halal bagi cinta yang orang agungkan karena allah...
Jadi,cinta bukan cuma kata kata...
Tapi pembuktian...

DIA-Kah?

Saat kau hirup udara pagi dengan bebas..
Ketika embun embun berkilau menyambut mentari..
Apa kau merasakan hadir-Nya?

Saat air mata berderai menyapau potongan doa diujung malam...
Ketika jiwa dirantai harap dan ragu yang melumat ketenangan...
Siapa yang kau ajak bicara?
DIA kah?

Lalu...
Ketika tanpa kau sadari...
Dia memberimu apa yang sebenarnya kau butuhkan...
Apa kau menyadari besar Cinta-Nya?

Ketika hidup dihadapkan pada pilihan pilihan yang tidak kita inginkan...
Bukan Dia tak sayang...
Dia hanya mengajarkan kita...
Arti kehidupan...
Bahwa keinginan itu
tak jarang menyesatkan hati dan menjauhkan kita dari-Nya...

Maka nikmat Allah manakah yang kau dustakan?

Apa Ini?

Nampak indah...
Namun rapuh...
Berdiri diatas hamparan salju
Sadar...
Suatu saat tenggelam dalam kebekuan
Suatu waktu kan hilang bersama mentari yang tak lagi hangat...

Nampak indah...
Namun menyakitkan!
Seperti tarian diatas beling kaca...
Tak terasa darah mengering dihamparan luka...
Sadar...
Semua adalah dunia tanpa makna...
Hanya bayang bayang...

Diuntaian mutiara senja...
Menatap hening langit nan kelabu...
Apa ini?
Yang tak mau pergi dan mencabik ketenanganku?
Apa ini?
Yang selalu menyita waktu dan kesadaranku?


Bening

Lihatlah beningnya...
Pancarkan cahaya ketulusan...
Rasakanlah pesonanya...
Sejuknya menyulam kegersangan jiwa...
Borehi gurat gurat luka pada bilik hati...
Dengan embun kehidupan dari
nirwana...

Taukah kau?
Jiwamu tlah kupilih
Menjadi sahabat hatiku...
Menjadi penentram jiwaku...
Menjadi tempat sandar bagi penat hariku...

Kebohonganmu yang mana yang tidak kumaafkan?
Kekuranganmu yang mana,yang tidak aku maklumi?
Keadaanmu yang seperti apa,yang tidak kumengerti?

Taukah kau?
Satu langkah lagi...
Satu keputusan kunanti...
Yakinlah!
Tuhan akan membuatmu mampu...
Bumi-Nya sangatlah luas...
Kekayaan-Nya tidak terbatas...
Jangan takut...
Kita punya cinta...
Dan kita punya cinta
yang menciptakan cinta...

Sengaja

Sengaja.....
Bertandang kenegerimu nan raya....
Melihat pelangi dicakrawala....
Menatap mega nan indah berarak manja....
pada awang awang kosong tanpa aksara....
mereka saling pandang....
takjub pada aku yang berdiri ternganga....

Sengaja....
Berlayar di lautmu nan luas membentang....
merasakan dinginnya airmu....
merasakan derasnya angin panasmu....
merasakan ombak menerjang bahteraku....

Sengaja.....
Aku berdiri ditepian telaga....
pada bening matamu...
pada lembut senyummu....
Dan mengertilah....
Ini tak mudah.....
karena terlalu lama aku berdiri....
tanpa alas kaki...
tanpa tutup kepala....
tanpa kata kata....

Empat Tahun lamanya

Mungkin orang akan bertanya...
Kenapa kita selalu berdiri ditepian telaga...
Ketika gerimis menjarum dihamparan rerumputan nan raya...
Ketika titik titik air bergelayutan diantara tangkai dan buah yang ranum menggoda...
Sementara angin,tebarkan dingin bersama gugurnya dedauanan yang menguning...

Mungkin orang akan bertanya...
Kenapa kita berkata kata...
Dengan memandang wajah kita dibeningnya telaga...
Bercengkrama dengan bahasa para dewa...
Bercanda dengan riak riak air dibirunya...

Mungkin orang kan bertanya...
Kenapa setelahnya,kita berdiri pada dua sisi berseberangan...
Memandang titian pelangi yang perlahan kian memudar....
Lalu hening menyelimuti kebisuan...
Lalu sepi memenjarakan kesunyian dalam gugusan awan kelabu...

Lalu ketika orang benar benar bertanya tentang kita...
Aku baru tersadar...
Kita berdiri disini...
Empat tahun lamanya...

Seperti Orang Bodoh

Biar saja!
Dunia mau bilang apa!
Meski smua mencibir dan mencemooh..
Meski setiap mata menatap sinis dengan senyum yang pura pura tulus...
Anggap saja semua itu dukungan!!
Tetaplah berjalan!
Tegakkan kepala!
Bukan sombong...
Tapi tegaslah pada kelemahan....

Memang...
Menunggu itu,membuat kita terlihat seperti orang bodoh!!
Membuat kita tak peduli pada waktu yang hantarkan tawaran tawaran manis...
Tapi semua tampak tak seperti madu....

Hmmmm...
Tapi keyakinan...
Tapi janji...
Tapi cinta...
Tak mengenal smua anggapan itu!!
Yang adalah memahami
tanpa pernah berhenti...
Mengerti tanpa pernah lelah menjalani...
Sampai menutup mata...
Ketika jiwa...
Terbang bebas tinggalkan raga...

Sungguh...
ini bukanlah waktu yang sebentar...

Agar Kau Tahu

Kutulis ini...
Adalah agar kau mengerti...
Perjalanan kita masihlah panjang...
Akan banyak onak dan duri meranjaui...
Maka...
Eratkan genggaman...
Jangan pernah lepaskan...
Kita satu tujuan!

Kutulis ini...
Adalah agar kau tau...
Hidup tak semudah mendongeng cerita kancil...
Hidup tak selamanya indah layaknya pelangi...
Bahwa rindu...
Tak selamanya terobati dengan sempurna...
Kadang,air mata mampu mewakilinya...
Perih dan lara mampu menjadi sahabatnya...
Dan pada akhirnya...
Biarkan dia membatu...
Diantara serpihan harap,cemburu dan canda tawa...

Kutulis ini...
Adalah agar kita berdamai...
Pada batas yang pisahkan hitam dan putih...
Pada luka...
Yang telah ajarkan kita makna cinta...
Dan dalam keindahan tak terperi...
Rindu kita luruh terberai bersama gerhana...

Dan Aku

Maafkanlah...
Jika cahayaku tak mampu terangimu...
Jika nyalaku tak sanggup hangatkanmu...
Jika senyumku tak bisa runtuhkan kebisuanmu...
Aku mengerti kini...

Tapi...
Aku akan terus bersinar...
Meski kutitipkan pada pendar purnama...
Aku akan tetap menyala...
Meski kuwakilkan pada nyala Sang Kunang terbang...
Dan aku akan tetap tersenyum...
Yang aku abadikan dalam selebar foto kenangan....

Dan aku...
Tak akan memberitahumu laraku...
Tentang darah yang mengalir dari luka luka itu...
Tentang rasa sakit dari setiap pengabainmu...

Dan kepada waktu...
Cerita ini kusempurnakan...
Sejarah ini aku pahatkan...
Jika esok tak kau lihat bayangku...
Aku tlah menghilang...
Bersama detik yang enggan menunggu...
Dan yakinlah...
Kau tak akan pernah kehilangan...
Karena aku ada di keabadian...

Tonggak

Dia adalah penanda...
Dia adalah pelaku dan bukti sejarah...
Walau kadang terabaikan...
Meski terlalu sedikit dikenang....

Entah karena wujudnya yang tak indah...
Entah karena tak lagi ada bunga dan buah...
Atau karena tempatnya yang tak terjamah...
Bahkan bisa jadi karena orang tak tau adanya...

Tapi tonggak...
Tetap berdiri...
Ditumbuhi cendawan...
Anggrek dan lumut lumut hijau penyelaras alam...
Hujan,panas,dingin,badai dan musim bunga...
Semua dilaluinya sendiri...
Berteman kilat dan petir yang mengguntur...

Dia tetap tegar..
Tak goyah!
Karena dia setia...
Hanya waktu yang sanggup membinasakannya...
Atau sebuah penghianatan...
Yang menikam tepat dijantungny

Tak Terlerai

Tak terlerai...
Mendung itu kian pekat...
Tertatih awan gelap payungi ufuk...
Hingga petang merangkak datangi malam..
Terkapar jiwa jiwa lara diatas altar pemujaan...
Menggelepar tanpa sadar...
Muntahkan miliaran penat yang mengkristal disimpul simpul nadi...
Lalu sepasang mata indah...
Meredup sayu...
Dan luruh butir butir mutiara dari sudut bening itu...

Tangannya menggapai...
Tapi entah apa yang ia raih...
Bibirnya tersenyum...
Tapi lukalah yang membuatnya tersenyum....
Sungguh!!
Wajahnya tampak aneh...
Seperti bulan dalam gerhana..



Sudah Kubilang

Sudah kubilang...
Jangan pernah menatap manik mataku...
Itu akan membuatmu lemah dan terbebani...
Jangan pernah selami senyumku...
Itu akan merantai hati dan kedua kakimu...
Lihatlah saja bayanganku...
Dia berkelebat penuh daya laksana pipit mengajar terbang anak anaknya...

Karena bayanganku tak pernah menangis dan meneteskan air mata...
Karena bayanganku tak pernah sembunyikan nelangsa...
Karena bayanganku tak kan pernah bisa terluka...
Dan semua itu...
Tak akan membuatmu berbelas kasih padaku...

Sudah kubilang...
Aku ingin berdiri disini saja...
Karena inilah tempatku...
Inilah pantasku...
Karena Tuhanku...
Memintaku tetap disini....

Sekali Saja

s
Lihatlah aku...
Yang berdiri dibatas sepi...
Berbincang dengan awan dan angin...
Menerka apa dibalik rasa menyesakkan ini...
Lalu gontai ku ayun langkahku...
Susuri hamparan hijau tanpa arah...
Diantara warna warni musim bunga yang mewangi...
Aku tersungkur...

Kusebut namamu...
Gelembung kacaku...
Aku merindumu...
Aku ingin tawamu payungi hariku...
Aku ingin candamu hiasi waktuku...
Aku ingin bahumu tegar untukku....

Sekali saja...
Sebelum langit menggulung cahaya...
Sebelum sepi meminang sunyi dengan kegelapan...
Lihatlah aku...
Yang terjatuh tanpa daya...
Ulurkan tanganmu...
Bangkitkanku dari mati suri...

Dan Kita bebas

Sendiri...
Memandang ombak berkejaran manja dibelantara biru...
Tetes air hujan...
Jatuh satu satu dari atap dermaga...
Kucampakkan ikebanamu...
Kubiarkan hanyut terbawa ombak...

Tak kutangisi ketiadaanmu...
Tak kusesali pengorbananku...
Biasa saja...
Datar saja...
Jika kau saja begitu asik dengan dirimu sendiri...
Jika kau begitu khusuk dengan duniamu...
Jika kau sudah bahagia dengan anganmu...
Ya sudah...
Nikmati saja...

Usah khawatirkan aku...
Dan akupun yakin...
Tak terfikirkan itu olehmu...
Tapi kau bebas...
Seperti aku bebas memilih dimana aku harus berdiri...
Dan itu adil bukan??

Jatuh

Pada bulan...
Kutitipkan ingin yang tak ingin kunyatakan...
Pada bintang...
Ku wakilkan sinar yang ingin kuberikan...
Pada jelaga malam...
Kularung seikat mimpi yang mati layu...
Dimana ia tak lagi harum...
Dimana ia tak lagi ranum...

Ahh...!!!
Sepinggan manisan cinta...
Menggelepar jiwa karenanya...
Secawan anggur kerinduan...
Mabuk dan melayang sukma karenanya...
Gila...!!!

Yaa...
Memang begitu adanya...
Ribuan hati tertawan dirantai angkara...
Ribuan jiwa tersekap luka tanpa aksara...
Hanya hening yang mampu membisu...
Hanya sepi yang mampu memeluk sunyi...
Lalu...
Selembar hati terjatuh...
Diantara merah,kuning,hijau,biru dan ungu...

Sang Elang

Melayang...
Diatas bayang bayang sangar menyeramkan...
Diantara kilatan petir dan gelegar guruh...
Koyak sayap sayap rapuhnya...
Berjatuhan bersama hujan...
Darah yang mengalir dari bilur bilur lukanya...
Limbung!
Dan diapun terhempas angin kejam...
Jatuh berdebum diatas cadas tanpa hijau rumput...

Yaaah...
Sang elang nazak....
Mengerang...
Merintih...
Melenguh...
Matanya saja yang bergerak...
Tubuhnya telah lumpuh...
Jantungnya tlah berhenti berdetak...
Hanya nafasnya yang tersisa..
Dan itupun tinggak satu satunya...
Sekarang sudah ditenggorokan...

Satu hentakan lagi...
Berhentilah waktu...
Berakhirlah cerita...
Tuntas sudah sejarah terukir...
Merah...
Hijau...
Hitam..
Putih...
Dan terlepaslah ruh dari raganya...
Dan kini elang tinggal jasadnya...
Lalu apa yang tersisa selain nama???

Dan Pada MU

Tepat!
Dijantung ku...
Menikam dalam...
Dihatiku...
Mengoyak tanpa peri...
Darah terasa berhenti mengalir...
Nafas terasa putus tanpa ruang...

Menatap gelap!
Bulir bulir bening itu luruh dari dua bola kacaku...
Tertahan isak dan sengguk...
Berguncang tanpa suara pada tubuh yang merapuh...
Tak ada cahaya...
Tanpa pelita...

Yaaah...
Dalam terang aku buta!
Dalam benderang terasa gulita...
Dalam silau cahaya...
Hati gundah gulana...
Lalu apa artinya mata???

Tengadah...
Mencari segugus bintang di kelam malam...
Berharap senyum terkembang...
Tiba tiba Kau melintas!
Torehkan rindu disetiap zarrah jiwaku...
Lepas kanlah...
Lepaskan semuanya...

Lalu...
Tersungkur aku dibuai rindu yang memburu...
Digelangi manik manik cinta yang membara...
Terhadap MU...

Dan tanpa ragu...
Aku lepaskan semuanya...
Harap dan cinta yang tak pantas ku punya...
Dan aku kukuhkan satu cinta...
Satu harap...
Pada MU...

Dimana semesta bertasbih memuja MU...
Maka masukkanlah aku kedalamnya...
Duhai Sang pemilik Arsy...

Masih Ada

Disudut remang...
Berdiri termangu menatap daun yang gelisah dihembus angin...
Dari balik jendela kelas...
Kulihat kilat sesekali membawa terang...
Butir butir hujan jatuh bebas dipelataran...
Berdiri...
Memaknai hari ini dan kemarin...
Menghitung berapa banyak yang tersia sia...
Setelah semua ini...
Adakah yang masih tersisa??

Saat adzan berkumandang mengangkasa...
Beranjakku bersama penat hari ini...
Ingin sandarkan diri dibahumu seperti kemarin...
Tapi tak akan ada lagi...
Ingin dengar cerita lucu dan tawamu...
Tapi tak mungkin lagi...
Karena sesungguhnya
Aku telah hilang...
Sementara kau...
Pecah dan mengkristal..
Pun tak bisa lagi melihat atau merengkuhku...
Apa yang tersisa selain kenangan??

Ada...
Masih ada...
Aku akan terus hidup...
Karena dalam doaku...
Ada namamu yang kan slalu kusebut...

Sampai Jumpa Tuan

Penguasa!
Jangan jual negeri kami...
Jangan gadaikan bangsa kami...
Jangan racuni anak anak kami..
Dengan kebohongan!
Dengan kejahatan!
Dengan hedonisme menyesatkan!
Dengan kemiskinan dan kebodohan!

Maka putuskanlah rantai itu....!!!
Dimana kami tak bisa bergerak meraih mimpi mimpi kami...
Bicaralah dengan bahasa tanpa kebohongan!
Bertindaklah lurus tanpa kemunafikan!

Tuan...
Suatu hari..
Kita berkumpul di padang mahsyar...
Sampai jumpa..

Dan Lelaplah

Dan janganlah bersedih...
Lihatlah bulan yang mengambang dan redup di awangan...
Rasakanlah dingin dan gelap yang menggelangi kesunyian...

Kau tidak gagal...
Kau hanya merasa lelah...
Maka rebahkan dirimu diberanda malam...
Biarkan hitam menyelimuti pandanganmu..
Biarkan mimpi Sang mimpi bertandang,taburkan kelopak kelopak mawar di kaki singgasanamu...

Tidur dan lelaplah...
Malaikat malaikat itu menjagamu...
Bersama bait bait doaku...

Mata Sahabat

Termenung...
Menatap langit langit kamarku...
Terlintas bayangmu sahabat..
Tapi kenapa?
Kau tampak pongah dengan senyum angkuhmu?
Kau tampak bangga dengan topeng diwajahmu?

Sahabat...
Tapi kau tak dapat sembunyikan kosong dimatamu...
Kau tak dapat sembunyikan sepi dari warna hatimu...
Kau tampak berat menghela nafasmu...
Gugusan mega kelabu
Berarak diraut wajahmu...
Dan aku dapat merasakan itu...

Sahabat...
Aku hanya sahabat...
Yang mungkin tak kau akui...
Dan aku hanya bisa berdiri termangu...
Jarak kita begitu jauh...
Terpisah ego dan kebohongan...
Dan aku masih terpana!
Betapa kau memaksa menikmatinya...
Kadang ingin kuajukan pertanyaan...
Bahagiakah kau??
Tapi tak mungkin smua terucap...
Aku takut kau menjauh dariku...
Karena jujur sahabat...
Aku ingin berbagi terang cahaya bintang...
Aku ingin berbagi hangat sinar matahari...
Tanpa melewati batas itu...
Tanpa melukai hatimu
Dan hatiku...


Jika Kau Maka Aku

Jika kau bahagia...
Akulah yang tertawa...
Jika kau tersenyum...
Akulah yang bahagia...
Itulah kita...

Jika aku bersedih...
Engkaulah yang meneteskan air mata...
Jika aku berduka...
Engkaulah yang menyandang lara...
Itulah kita...

Karena hatiku tlah kau miliki...
Karena hatimu tlah kumiliki...
Kita adalah sahabat...
Bahkan mungkin lebih dari itu...

ahh...!!!
Tak usah pusing dengan nama jalinan kita...
Biarkan saja dunia yang memberinya nama...
Karena kita...
Sama sama tertawa saat bercanda....

Suratku

Ibuku..
Yang kini bahagia bersanding dengan dzat yang maha Mulia.
Yang kini bertahta anggun dilubuk hatiku...
Semoga tak ada susah dalam lelapmu yang panjang...

Ibuku...
Atas smua kebaikan yang belum sempat kusematkan dihidupmu...
Atas smua peluh yang belum pernah kubayar dengan baktiku...
Atas semua salah yang selalu aku ulangi hingga menyakitkanmu...

Ibuku...
Aku berlutut memohon maafmu...
Aku bersimpuh...
Mengganti semua itu
hanya dengan semesta doa yang megah...
Dengan selaut pinta yang tak terputus...
Aku mencintaimu...
Dan allah lah yang kini memelukmu selalu...
Dan aku..
Mengenangmu dengan bangga...
Terimakasih telah kau lahirkan aku..
Terimakasih telah menjadi ibuku...

Jamuan Pestamu

Kuterima hantaran yang kau kirim untukku,dan aku tersenyum...
Meski isinya cuma sepenggal syair perpisahan...
Kuterima bingkisan yang kau beri pita pelangi,dan aku tersenyum...
Meski isinya adalah nisan bertuliskan RIP atas kisah kita...
Kubuka kado terakhir yang berkilau bak ratna manikam,dan aku tertegun...

Isinya adalah secawan anggur...
Tertulis label kematian diharumnya...
Kau ucapkan selamat berpesta...
Dan akupun menangis...
Inikah cintamu?
Inikah kasih abadimu?
Inikah perjamuanmu untukku??

Aku tengadah dalam gamang...
Antara masuk kepestamu...
Atau meneguk anggur kematian itu...
Kau mengundangku dalam dua pilihan yang begitu indah...
Kau menjamuku dalam dua pesta yang begitu megah....
Dimana orang orang memakai kain hitam dengan wajah sedih tanpa darah...
Mereka mengelilingiku dengan isak tanpa lelah...
Perjamuan dan pestamu itu...
Adalah cinta yang aku puja sepanjang usia...
Dan kau pasti tak tau itu...
Maka kubiarkan semua menjadi api!!!

Mantra Saktiku

Ketika kau lelap dipangkuanku...
Kuracik dipenghujung malam nan dingin menusuk...
Kuramu dari tetes embun negeri para bidadari...
Kutiupkan mantra itu pada namamu...

Saat kau terlelap dalam mimpi indahmu dan tersenyum...
Aku beranjak dengan sadarku...
Sukmaku mungkin tak akan sanggup bertahan diragaku...
Dan aku luruh menjadi butiran debu...
Disaat aku mulai menyadari membutuhkanmu...
Saat aku mulai mengerti arti hadirmu...
Dan saat aku seharusnya bahagia mencintaimu...
Aku harus pergi...
Dan kau tak akan menahanku..karena kau asyik dengan mimpimu...

Gelembung kacaku...
Kini aku bukanlah aku...
Kau tak akan bisa lagi melihatku..
Tapi aku..ada dalam aliran darahmu..dalam hembusan nafasmu..dalam denyut nadimu...
Dalam mantra saktiku...
namamu selalu menggema...
Kemuliaan itu agar selalu menjadi milikmu...
Aku pergi...
Ku tinggalkan bola kaca ditanganmu...
Dia berisi mantra sakti...
Setiap kau melihatnya..
Setiap kali juga ingatanmu tentangku akan menipis dan menghilang...
Lalu lepaskanlah...

Sang Pemilik Pelangi

Ini adalah jalan kita...
Cerita yang harus kita rajut penuh asa...
Kisah yang terus merendai tepian gaun cakrawala dunia...
Kita jalani saja penuh suka cita...
Tersenyum...
Walau kadang,madu terasa pahit...
Tertawa...
Walai terkadang waktu,menghimpit tanpa kita bisa menjerit...

Jika malam sambang..
Kita lihat bintang...
Cahayanya begitu cemerlang...
Dan jika siang datang..
Kita kejar matahari dengan sinarnya yang gemilang...
Tanpa lelah..
Tanpa letih..
Kita kan terus berjalan...
Menggapai seribu mimpi...
Penuhi seribu janji hati...

Yaaah...
Kita adalah Sang pemimpi...
Dan kitalah Sang pemilik pelangi..

Aku & Dewandaru

Entah angin apa yang meniupkanku kepadamu
Entah keajaiban apa yang mendamparkanku di belantara indahmu
Karena yang aku tau
Kau telah nyata dimataku
Dekat dengan tanganku
Tapi tak akan pernah bisa kusentuh...
Selamanya tak akan bisa...
Hanya berdiri dipekat jelaga...
Berharap bintang hantarkan cahaya..
Atau angin hembuskan cakar dinginnya
Agar aku mengerti...
Aku harus beranjak dari sini...

Aku...
Seperti embun diantara rimbun daun dewandaru...
Seperti titik air diantara kuntum bunga dan buah dewandaru...
Yang terperangkap dalam pesona keindahan
Yang terpasung dalam ketidak berdayaan...

Kau...
Seperti dewandaru
Indah bunga dan buahmu..
Tapi asam bukan kepalang rasanya..
Bagaimana aku memakannya dalam haus dan laparku?

Ahhh!
Tak ubahnya aku...
Pun tak mampu tawarkan dahagamu
Yang bertumpuk karena kemarau dan terik
Aku hanya setetes embun
Dan engkau adalah dewandaru
Indahmu...
Indahku...
Hanyalah cerita
Tanpa nyawa
Tangismu
Lukaku
Adalah kisah nyata...

Rindu Yang tertawan

Gelembung kacaku...
Aku ingin berteriak...
ingin tertawa...
Ingin menangis...
Tapi dibahumu...
Bukan ditempat lain...

Aku harus bilang apa??
Mengertilah...
Mengertilah...
Dan mengertilah...
Aku tak ingin yang lain...

Tapi
Kau dimana saat aku penat?
Kau dimana saat aku benar benar merindumu...
Menginginkan kau meredakan risauku...
Menepis jengahku
Mengusir lelah dan pilu

Gelembung kacaku...
Aku butuh jemarimu tuk kuatkanku
Aku butuh bahumu untuk sandarku
Aku butuh binar matamu...
Yang belum pernah kulihat...
Merasakah kau
Jika aku merindumu??

Dan bulanpun tertegun
Mengapa kau tersenyum,sementara matamu basah dan pipimu berurai air mata?
Aku hanya mampu menjawab dalam hati...
Aku kehabisan akal...
Dan tertawan oleh segugus rindu..

Sang Penipu

Akulah sang penipu!
Mengelabui setiap hati..
Mengingkari semua janji...
Aku tak peduli...
Jika tiap tetes tinta menjadi luka..
Jika tiap jengkal jejakku menuai air mata...
Kubiarkan kau menikmatinya...
Kubiarkan kau berpesta dalam huru hara...

Akulah Sang penebar mimpi...
Pelukis warna warna kelabu...
Pelantun nada nada sengau sang biduan...

Lalu ku semaikan cendawan racun diatas benih yang tlah begitu indah mengembang...
Agar dunia tau...
Akulah racun!
Agar jiwa jiwa putus asa itu mereguk cawanku...

Akulah sang penipu!
Yang hanya takut pada kejujuranmu...
Akulah Sang penipu!
Yang hanya tunduk pada kata katamu...
Dan akulah Sang penipu...
Yang akan selamanya memujamu...

Embun Yang Tertawan

Dan tertawan Sang embun diantara serpihan mimpi...
Terbelenggu asa oleh goyah yang berderak pilu dihempas Sang bayu...
Nanar!
Menatap awan hitam...
Dimana elang melayang mengendus mangsa diujung benua...

Dan bangkitlah kejenuhan!
Tumbangkan ketenangan yang telah kokoh terpancang...
Membisikkan beribu keindahan memabukkan...
Menggerogoti kesabaran yang telah terbenam dalam...

Yaaah...
Itulah godaan...
Itulah cikal bakal petaka...
Itulah benih benih nestapa...
Itulah benang benang nelangsa,yang terajut jadi prahara...
Lalu.....
Musnahlah segalanya....

Rapuhmu

Rapuhmu...
Adalah kasih sayangku yang akan mengasuhnya...
Adalah putih kesabaranku yang akan merawatnya...
Adalah bening kesetiaanku yang akan menjaganya...
Menguatkannya...

Harapmu...
Adalah asaku...
Adalah mimpiku...
Adalah puisi puisiku...
Adalah cincin dijariku...

Rindumu...
Adalah pelangiku...
Penghias biru langit ditiap detikku...
Adalah mutiara yang kupinta dalam tiap doaku..

Rapuhmu...
Harapmu...
Rindumu...
Kubingkai dalam janji...
Kupenuhi dengan segenap hati...